PT Ajinomoto Indonesia menerima penghargaan “Katadata Green Initiative Award” untuk kategori consumer goods. Penghargaan ini merupakan apresiasi bagi perusahaan yang menerapkan berbagai inisiatif untuk meningkatkan dampak positifnya terhadap lingkungan dan menciptakan sistem yang berkelanjutan.
“PT Ajinomoto Indonesia mendapatkan penghargaan atas inovasinya dalam mewujudkan zero waste yang merupakan brand penyedap MSG pertama di Indonesia dengan kemasan ramah lingkungan,” demikian pernyataan Katadata Insight Center (KIC) pada acara penganugerahan pada 1 Desember 2022 di Jakarta .
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan KIC dalam penghargaan ini antara lain komitmen dan inovasi perusahaan dalam aksi ramah lingkungan seperti transisi menuju energi bersih. Begitu juga aksi korporasi dalam mewujudkan langkah produksi rendah emisi, pembiayaan berkelanjutan, dan sebagainya.
Selain sektor consumer goods, ada tiga kategori lainnya dalam “Katadata Green Initiative Awards”. Ketiga kategori tersebut adalah perbankan; energi dan pertambangan; dan teknologi dan transportasi.
Penghargaan ini juga merupakan bagian dari rangkaian Regional Summit 2022. Acara tersebut merupakan kegiatan tahunan Katadata sejak tahun 2020 untuk mempertemukan para pemangku kepentingan dari pemerintah pusat, provinsi, pelaku bisnis dan masyarakat sipil untuk bekerja sama dalam mewujudkan pembangunan daerah yang berkelanjutan.
Rasa Kemasan Kertas
Sebagai perusahaan penyedap makanan, Ajinomoto menaruh perhatian besar untuk mengatasi masalah penumpukan sampah plastik. Ajinomoto juga mulai menggunakan bahan kemasan yang ramah lingkungan yaitu kertas.
Ajinomoto meluncurkan produk menggunakan kemasan kertas bertepatan dengan Hari Bumi Internasional, 22 April 2022. Perusahaan mengambil langkah nyata untuk menjaga lingkungan dengan melakukan modifikasi untuk mengurangi penggunaan plastik dan menggantinya dengan kertas pada kemasan produk.
Ajinomoto menjadi perusahaan pertama yang meluncurkan produk MSG (monosodium glutamat) dengan kemasan berbahan kertas FSC (Forest Stewardship Council). Kemasannya juga bersertifikat dan menyertakan logo Eco yang dideklarasikan sendiri yang didukung oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Perubahan ini berdampak pada pengurangan penggunaan plastik hingga 30%.
Ajinomoto juga mengurangi penggunaan plastik pada produk lain seperti: Masako, 8,4% di setiap kemasan 9 gram, dan Sajiku, 9,5% di setiap kemasan.
“Dengan diluncurkannya MSG Paper Packaging Ajinomoto ini, kami juga mendapatkan rekor MURI sebagai penyedap MSG pertama di Indonesia dengan kemasan ramah lingkungan,” ujar Putri Astriani, Brand Manager PT Ajinomoto Indonesia beberapa waktu lalu.
Melalui langkah ini, kata Putri Ajinomoto berharap dapat menginspirasi banyak pihak untuk melakukan gerakan lain untuk melestarikan lingkungan.
Ajinomoto berupaya untuk mengurangi dampak operasi perusahaan kami terhadap lingkungan hingga 50 persen pada tahun 2030. Dampak lingkungan diukur dengan beberapa cara, salah satunya adalah gas CO2 (emisi karbon).
Selain mengganti material plastik, Ajinomoto secara bertahap menggunakan sumber energi biomassa, batu bara sebagai salah satu sumber energi boiler di pabrik. Ajinomoto berpartisipasi dalam mengurangi tingkat emisi karbon di Indonesia dengan mengurangi 38.500 ton CO2 (emisi karbon) dengan mengurangi konsumsi bahan bakar untuk semua transportasi tempat kerja dan mengurangi konsumsi listrik.
Ajinomoto secara konsisten mempraktikkan ekonomi sirkular untuk menciptakan proses produksi yang ramah lingkungan. Konsep melingkar ini bisa dilihat di Pabrik Ajinomoto di Mojokerto, Jawa Timur.
Ajinomoto mempraktikkan ekonomi sirkular dengan menciptakan produk sampingan atau produk sampingan seperti AJIFOL, AMINA, FML yang diperoleh dari proses pengolahan limbah produksi. Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya Ajinomoto untuk mencapai Zero Waste, upaya meminimalkan dan mengurangi pencemaran lingkungan hingga nol.
Ajinomoto juga berkomitmen mendukung pelestarian lingkungan dengan mengurangi konsumsi air hingga 31%, dari baseline tahun 2016. Hal ini dilakukan dengan melakukan penghematan melalui peningkatan kualitas air (water treatment) dalam kegiatan produksi.