Penerapan energi baru terbarukan (“EBT”) semakin berkembang Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menekankan pentingnya Perusahaan Listrik Negara (PLN) bertransformasi untuk mengantisipasi tren tersebut.
“Saya ingin sampaikan kalau kita sudah tahu ini tidak bisa dihindari, pasti akan terpengaruh, daripada dipengaruhi pergerakan eksternal, lebih baik PLN menata diri sendiri,” ujar Suahasil dalam Webinar PLN Training Center, Senin ( 13/2).
Dia mendorong perusahaan-perusahaan milik pemerintah untuk segera bertransformasi tanpa menunggu datangnya perubahan. Transformasi ini penting karena PLN tidak hanya akan menjalankan bisnisnya dalam beberapa tahun, tetapi selama Indonesia ada.
“Gerakan ekonomi transmisi menuju ekonomi hijau adalah hal yang tidak bisa dihindari. Saya ingin sahabat PLN memikirkan itu dan untuk apa? Ya, karena PLN adalah republik,” kata Suahasil.
Suahasil juga meminta staf dan pejabat PLN mengidentifikasi faktor-faktor yang tidak dapat dihindari yang dapat mengganggu bisnis PLN seperti tren EBT.
PLN telah mengoperasikan pembangkit listrik energi baru dan terbarukan (EBT) dengan total kapasitas 8,5 gigawatt (GW) hingga September 2022. Terdapat tambahan kapasitas EBT sebesar 159,35 megawatt (MW) dari pembangkit di 20 lokasi selama sembilan bulan pertama tahun ini. tahun lalu.
“Saat ini kita sedang menghadapi transisi energi. Selanjutnya, kita akan menggunakan pembangkit energi berbasis EBT untuk beralih dari bahan bakar fosil impor dan mahal ke EBT lokal yang murah dan ramah lingkungan,” kata Darmawan dalam siaran pers, Senin (24/10/2022).
Darmawan menyatakan kapasitas pembangkit EBT yang dikelola PLN akan terus ditingkatkan. Pada tahun 2030, total kapasitas pembangkit EBT ditargetkan mencapai 28,9 GW. Untuk mencapai target tersebut, PLN akan menambah kapasitas pembangkit EBT sebesar 20,9 GW sesuai RUPTL 2021-2030