Hidrogen dan Amonia disebut-sebut sebagai sumber energi bersih masa depan yang ramah lingkungan. Kedua jenis bahan kimia ini juga dianggap sebagai pengganti bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak, dan gas alam.
Direktur Aneka Energi Baru dan Terbarukan Kementerian ESDM, Andriah Feby Misna mengatakan, bahan bakar hidrogen dan amonia dapat digunakan sebagai bahan bakar kapal, kereta api, truk berat, dan bus. Selain digunakan sebagai sumber energi kendaraan, hidrogen dan amonia juga dapat digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik.
Meski memiliki banyak potensi, Feby mengatakan pengembangan hidrogen dan amoniak di dalam negeri masih belum optimal karena minimnya infrastruktur dan tingkat harga yang tidak ekonomis. Selain itu, kata Feby, selama ini pemerintah belum mengeluarkan regulasi khusus yang mengatur pengembangan hidrogen dan amoniak.
“Hidrogen sangat menjanjikan untuk dekarbonisasi energi di masa depan. Namun, terdapat beberapa kendala dan tantangan dalam pengembangan hidrogen di Indonesia, yaitu regulasi khusus tentang hidrogen yang belum dikembangkan,” ujar Feby dalam diskusi bertajuk Kontribusi Pembangunan Nasional. Badan Usaha Milik untuk Bersih. Zero Emission 2060 : Peluang dan Tantangan di Paviliun Indonesia COP27 Mesir pada Jumat (11/11).
Menurut Feby, produksi hidrogen di seluruh Indonesia saat ini berkisar US$ 5 hingga US$ 10 per kilogram (kg). Harga tersebut dinilai kurang kompetitif dan jauh lebih tinggi dibandingkan biaya produksi bahan bakar konvensional lainnya yang berada di kisaran US$ 4 per kilogram.
“Kurangnya pembangunan infrastruktur hidrogen dan juga mahalnya biaya produksi hidrogen dari sumber energi lain. Dan kalau kita lihat harga saat ini, tidak bisa bersaing dengan bahan bakar lain,” ujar Feby.
Dalam kesempatan tersebut, Feby menjelaskan bahwa amoniak merupakan bahan kimia yang dapat digunakan langsung sebagai bahan bakar pada proses pembakaran langsung maupun pada sel bahan bakar dan sebagai pembawa hidrogen. Pembakaran hidrogen dan amonia dikatakan tidak menyebabkan emisi gas rumah kaca.
Selain sebagai bahan bakar, amonia biasanya digunakan dalam proses produksi pupuk.
“Penggunaan amoniak untuk listrik berkelanjutan karena hasil pembakaran amoniak bersih di udara dan air tidak menimbulkan emisi gas rumah kaca. Pengembangan hidrogen dan amoniak juga dapat mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan mengurangi emisi,” ujar Feby.
Selama ini pemerintah giat mengembangkan listrik dari sumber energi terbarukan seperti sumber panas bumi, tenaga air dan pemanfaatan biomassa sebagai bahan campuran pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
“Tenaga surya dan angin diprediksi akan semakin populer di dunia karena harga energi dari matahari dan angin kini semakin kompetitif,” pungkas Feby.
Indonesia merupakan salah satu negara G20 dengan komitmen terendah, hanya 0,24 untuk energi bersih bersyarat. Ada empat negara yang tidak melakukan sama sekali yaitu Arab Saudi, Rusia, Argentina, Brazil.