liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
bosswin168 login
bosswin168 login
bosswin168 rtp
bosswin168 login
bosswin168 link alternatif
boswin168
bocoran rtp bosswin168
bocoran rtp bosswin168
slot online bosswin168
slot bosswin168
bosswin168 slot online
bosswin168
bosswin168 slot viral online
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
lotus138
bosswin168
bosswin168
maxwin138
master38
master38
master38
mabar69
mabar69
mabar69
mabar69
master38
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
cocol77
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
ronin86
cocol77
cocol77
cocol77
maxwin138
Strategi PGE Menuju Perusahaan Energi Kelas Dunia

Indonesia kaya akan sumber daya panas bumi. Berdasarkan data ThinkGeoenergy, kapasitas terpasang geothermal Indonesia pada tahun 2022 merupakan terbesar kedua di dunia (2.356 MW), di bawah Amerika Serikat dengan kapasitas terpasang 3.794 MW.

Melimpahnya sumber daya energi panas bumi menguntungkan Indonesia dalam upaya mewujudkan ketahanan energi negara. Selain itu, dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), kontribusi sumber energi baru terbarukan akan terus digenjot pada dekade mendatang.

Di Indonesia terdapat beberapa perusahaan yang bergerak di bidang panas bumi, salah satu perusahaan terbesar adalah Pertamina Geothermal Energy (PGE).

Saat ini, PGE tercatat mengelola 13 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) di Indonesia dengan kapasitas terpasang 1.887 MW atau sekitar 80 persen dari kapasitas terpasang nasional. 1.205 MW dikelola bersama mitra dan 672 MW dikelola sendiri oleh PGE.

Sejak lama, PGE berupaya mengoptimalkan keberadaan sumber energi ramah lingkungan ini. PGE bertekad untuk menjadi perusahaan energi hijau kelas dunia pada tahun 2030 dan menjadikan Indonesia sebagai pusat industri panas bumi dunia.

Untuk mewujudkan hal tersebut, PGE akan fokus pada optimalisasi operasi di WKP miliknya dengan menambah kapasitas terpasang dan berinovasi untuk meningkatkan kapasitas pembangkit listriknya.

Dalam prospektusnya, PGE menargetkan total kapasitas terpasang panas bumi sebesar 2.477 MW pada tahun 2027. Target tersebut terdiri dari 1.272 MW di WKP yang dioperasikan oleh perseroan dan 1.205 berlokasi di WKP yang dioperasikan oleh kontraktor kontrak operasi bersama (KOB). Dengan target tersebut, PGE diproyeksikan dapat berkontribusi pada pengurangan emisi karbon lebih dari 12 juta ton per tahun.

Target yang ditetapkan PGE sejalan dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2021-2030. Dalam dokumen tersebut, penambahan kapasitas pembangkit energi panas bumi masuk dalam tiga besar dengan proyeksi penambahan sebesar 3.355 MW pada tahun 2030. Jika jumlah tersebut ditambah dengan kapasitas yang ada pada tahun 2022, kapasitas panas bumi terpasang di Indonesia akan melebihi 5.000 MW pada tahun 2030.

Untuk mencapai target yang telah ditetapkan, PGE berusaha mencari alternatif sumber pendanaan. Salah satunya dengan menawarkan saham kepada publik pada 24 Februari 2023. Total saham yang diterbitkan sebanyak 10,35 miliar saham atau setara 25 persen dengan kisaran harga Rp 875 per saham.

Aksi PGE ini mendapat perhatian di bursa dengan kode emiten PGEO membukukan dana baru Rp 9,05 triliun. Salah satu investor yang membeli saham PGE adalah Masdar Indonesia Solar Holding RSC Limited. Perusahaan yang fokus pada energi terbarukan ini memiliki 15% saham atau sekitar 6.209.421.300 saham.

Jika dikalikan dengan kisaran harga Rp 875 per saham, maka pembelian Masdar mencapai Rp 5,4 triliun. Masdar merupakan anak perusahaan Mubadala Investment Company, sebuah perusahaan nasional di Abu Dhabi yang aktif beroperasi di berbagai negara termasuk Indonesia.

Dalam prospektusnya, PGE akan mengalokasikan sekitar 85 persen dana hasil penawaran umum perdana (IPO) untuk pengembangan usaha hingga 2025. Sisanya, 15 persen, akan digunakan untuk pembayaran sebagian perjanjian fasilitas tertanggal 23 Juni 2021 antara perseroan dengan diamanatkan. lead arranger, kreditur sindikasi awal dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebagai agen fasilitas.

Menurut anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Satya Yudha, industri panas bumi dinilai bagus di masa depan. Hal ini karena panas bumi merupakan salah satu energi baru terbarukan (EBT) yang diharapkan dalam peralihan energi fosil.

“Kedekatan global dalam pengembangan energi bersih dan hijau menjadikan energi panas bumi sebagai kunci pencapaian target pembangunan ekonomi hijau melalui energi hijau dan industri hijau, serta dukungan Indonesia menuju net zero emission (NZE) 2060,” ujar Satya seperti dikutip . dari medcom.id.

Sebagai bagian dari rencana pertumbuhan perusahaan, PGE akan menjalin kemitraan strategis untuk memasuki bisnis baru. PGE telah menyetujui nota kesepahaman dengan PT Medco Power Indonesia untuk bersama-sama melakukan studi bersama. Selain Medco, PGE juga telah menandatangani nota kesepahaman untuk studi bersama pengembangan panas bumi dengan PLN dan Exergy.

Teranyar, setelah resmi masuk lapangan di bursa efek, PGE Lahendong Area menerima kunjungan Duta Besar Jepang untuk Indonesia Kanasugi Kenji pada Minggu (26/2). Kunjungan dilakukan dengan New Energy and Technology Development Organization (NEDO) dan Tokyo Electric Power Company Holdings Incorporated (TEPCO HD) untuk studi bersama pengembangan hidrogen hijau atau green hydrogen.