liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
bosswin168 login
bosswin168 login
bosswin168 rtp
bosswin168 login
bosswin168 link alternatif
boswin168
bocoran rtp bosswin168
bocoran rtp bosswin168
slot online bosswin168
slot bosswin168
bosswin168 slot online
bosswin168
bosswin168 slot viral online
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
lotus138
bosswin168
bosswin168
maxwin138
master38
master38
master38
mabar69
mabar69
mabar69
mabar69
master38
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
cocol77
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
ronin86
cocol77
cocol77
cocol77
maxwin138
Pupuk Indonesia Jajaki Peluang Bisnis Energi Bersih Berbasis Amonia

PT Pupuk Indonesia saat ini sedang melakukan studi kelayakan produksi amoniak biru dan amoniak hijau sebagai bagian dari langkah perusahaan untuk menciptakan energi alternatif yang lebih bersih sebagai pengganti bahan bakar minyak (BBM) dan gas.

Rencana diversifikasi portofolio bisnis cukup serius karena terdapat empat proyek pengembangan hidrogen biru dan empat proyek hidrogen hijau yang masing-masing telah mengakuisisi mitra potensial.

Direktur Utara Pupuk Indonesia Bakir Pasaman mengatakan, saat ini perseroan tengah berupaya mengembangkan amoniak sebagai sumber energi selain produksi amoniak atau amoniak abu-abu untuk sektor pertanian atau urea. Sejauh ini Pupuk Indonesia mampu memproduksi 6,5 juta ton amoniak per tahun.

“Sekarang amoniak tidak hanya digunakan untuk pertanian atau urea, tapi bisa digunakan sebagai energi karena amoniak tidak mengandung unsur karbon,” ujarnya saat ditemui usai agenda Indonesia Clean Ammonia Forum (PICAF) 2023 di Menara Danareksa, Jakarta, Kamis. (30/ 3).

Proyek amoniak biru Pupuk Indonesia berlokasi di empat lokasi berbeda, salah satunya di Arun Lhokseumawe, Aceh. Proyek tersebut telah menjalin mitra domestik potensial seperti Energi Mega Persada-Gebang, PGN, dan perusahaan manufaktur Jepang, Mitusi.

Proyek amoniak biru yang direncanakan berikutnya berlokasi di Jawa Barat dengan skema kemitraan dengan PT Pertamina dan Mitsubishi Corporation. Kemitraan yang sama juga diwujudkan dalam rencana pengembangan proyek amoniak biru di Sumatera Selatan.

Selain itu, Pupuk Indonesia juga akan bekerjasama dengan Inpex dalam proyek pengembangan amoniak biru di Lapangan Gas Abadi di Pulau Yamdena, Kepulauan Tanimbar, Maluku.

Rencana pengembangan proyek amoniak hijau yang sedang dijajaki Pupuk Indonesia juga menyasar empat lokasi yang terletak di Arun Lhokseumawe Aceh, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Bontang, Kalimantan Timur.

Dalam proyek Aceh, Pupuk Indonesia akan bekerja sama dengan PLN, TOYO dan ACWA Power. Sementara untuk proyek pengembangan amoniak hijau di Jawa Barat, mereka akan bekerja sama dengan PLN, Mitsubishi Corporation, dan Pertamina Power Indonesia.

Selanjutnya, Pupuk Indonesia juga menjajaki kerjasama dengan PLN dan Pertamina Power Indonesia untuk proyek pengembangan amoniak hijau di Bontang. Sedangkan proyek di Jawa Barat bekerja sama dengan IHI Corporation.

“Kapan mulai dirancang mesin yang menggunakan amoniak bukan solar. Sebagai produsen amoniak terbesar di Indonesia, kita tidak boleh ketinggalan,” ujar Bakir.

Ia menjelaskan, produksi amoniak biru berasal dari gas alam yang kandungan karbonnya dibersihkan dengan teknologi carbon capture and storage (CCS). Sedangkan produksi amoniak hijau berasal dari elektrifikasi udara dan air.

“Kalau ada alokasi gas alam ke kami, kami siap bangun pabrik amoniak biru, kalau amoniak hijau kami sudah kerjasama dengan ACWA untuk membangunnya di Indonesia,” ujar Bakir.

Vice President of Services & Industrial Sustainability TÜV SÜD untuk ASEAN, Asia Selatan, Afrika dan Timur Tengah, Bratin Roy, mengatakan pengembangan amoniak hijau dan amoniak biru di negara-negara Asia masih menghadapi beberapa tantangan seperti ketidakpastian investasi.

“Kalau dua negara ingin bilateral di sektor amoniak rendah karbon pasti ada masalah kepercayaan, baik dalam pengiriman, CSS dan penyimpanan. Ini mengalami tantangan,” ujar Bratin Roy saat berbicara dalam agenda PICAF 2023.

Selain itu, minimnya sumber daya manusia bersertifikat menjadi faktor lain berkembangnya proyek amoniak di beberapa negara Asia. “Kompetensi masih sulit, apalagi untuk proyek jangka panjang,” ujarnya.