liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
bosswin168 login
bosswin168 login
bosswin168 rtp
bosswin168 login
bosswin168 link alternatif
boswin168
bocoran rtp bosswin168
bocoran rtp bosswin168
slot online bosswin168
slot bosswin168
bosswin168 slot online
bosswin168
bosswin168 slot viral online
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
lotus138
bosswin168
bosswin168
maxwin138
master38
master38
master38
mabar69
mabar69
mabar69
mabar69
master38
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
cocol77
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
ronin86
cocol77
cocol77
cocol77
maxwin138
Pupuk Indonesia Butuh Kepastian Pasokan Gas untuk Produksi Amonia Biru

PT Pupuk Indonesia sedang mencari pasokan gas bumi untuk mendukung proyek pengembangan amoniak biru. Gas alam merupakan bahan baku utama untuk produksi amoniak biru, yang emisi karbonnya ditangkap melalui teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS).

Direktur Utama PT Pupuk Indonesia Achmad Bakir Pasaman mengatakan, keberlangsungan proyek pengembangan amoniak biru bergantung pada ketersediaan gas yang dipasok secara konsisten minimal selama 15 tahun.

“Kami butuh gas agar investasi bisa jalan, estimasi 15 tahun dalam jumlah tetap,” kata Bakir saat ditemui usai Forum Fertilizer Clean Ammonia (PICAF) Indonesia 2023 di Menara Danareksa, Jakarta, Kamis (30/3). ). .

Saat ini Pupuk Indonesia telah mendapatkan alokasi gas murah melalui kebijakan harga gas bumi (HGBT) tertentu namun hanya untuk produksi pupuk. Kendati demikian, Bakir optimistis pihaknya mendapatkan jaminan pasokan gas untuk kelanjutan proyek pengembangan amoniak biru.

Sikap optimis tersebut muncul seiring dengan keberhasilan Pupuk Indonesia bekerja sama dengan mitra potensial seperti Mitsui, Mitshubishi dan Inpex. “Setelah studi kelayakan OK, baru kita lihat pasokan gas. Selama ini belum ada penyediaan amoniak biru,” kata Bakir.

Saat ini, perusahaan pupuk milik negara tersebut telah menjajaki studi kelayakan dengan beberapa perusahaan global untuk pengembangan proyek pengembangan amoniak biru.

Proyek amoniak biru Pupuk Indonesia berlokasi di empat lokasi berbeda, salah satunya di Arun Lhokseumawe, Aceh. Proyek tersebut telah menjalin mitra domestik potensial seperti Energi Mega Persada-Gebang, PGN, dan perusahaan manufaktur Jepang, Mitusi.

Rencana proyek amoniak biru selanjutnya berlokasi di Jawa Barat dengan skema kemitraan dengan PT Pertamina dan Mitsubishi Corporation. Kemitraan yang sama juga diwujudkan dalam rencana pengembangan proyek amoniak biru di Sumatera Selatan.

Pupuk Indonesia juga akan bekerjasama dengan Inpex dalam proyek pengembangan amoniak biru di Lapangan Gas Abadi di Pulau Yamdena, Kepulauan Tanimbar, Maluku. Meski begitu, Bakir belum mau terbuka soal perhitungan besaran investasi untuk membangun pabrik amoniak biru.

Ia menjelaskan, pabrik amoniak biru ini hampir sama dengan model kerja pabrik amoniak abu-abu yang sering digunakan sebagai bahan baku pembuatan pupuk urea. Salah satu bahan baku pupuk urea terbuat dari karbondioksida yang terkandung dalam gas alam.

Perbedaan signifikan antara kedua pabrik tersebut terletak pada biaya penambahan fasilitas CCS pada pabrik amoniak biru yang berdampak pada peningkatan modal investasi. Sebagai gambaran, pabrik pupuk urea berkapasitas 2.000 metrik ton per hari membutuhkan pembiayaan US$ 600 juta.

“Uang US$ 600 juta itu belum termasuk CCS untuk menyuntikkan karbondioksida ke dalam perut bumi, dan kami belum bisa menyebutkan angkanya,” kata Bakir.