Presiden terpilih Brasil Lula da Silva menjadi bintang baru Pekan 2 COP27 di Sharm el Sheikh, Mesir. Kehadirannya pada Rabu (16/11) mengundang antusiasme peserta konferensi.
Lula da Silva baru akan dilantik pada 1 Januari 2023, hingga secara resmi posisi Presiden Brasil masih dipegang oleh Jair Bolsonaro. Namun, Bolsonaro sendiri tidak menghadiri COP27 maupun G20 yang diadakan di Bali.
Lula tiba di Mesir pada Selasa (15/11) sebagai tamu istimewa Pemerintah Mesir yang bertindak sebagai Presiden COP27. Di hari pertamanya di COP27, Lula bergerak cepat menemui beberapa pejabat penting. Ini termasuk Utusan Khusus AS untuk Perubahan Iklim John Kerry dan Kepala Negosiator Iklim China Xie Zhenhua.
Untuk hari ini, Rabu (16/11), Lula bertemu dengan Gubernur Brazil di Paviliun Amazon pukul 11.00 waktu setempat. Dia kemudian diberi waktu untuk berbicara pada pukul 17:00.
Pidato Lula sangat ditunggu-tunggu oleh peserta COP27. Sebelum dia tiba, orang-orang sudah mengantri untuk memasuki ruang konferensi. Nyanyian ‘Ole Ole Lula’ terdengar nyaring. Satpam harus ‘mengusir’ beberapa orang yang memaksa masuk ke kamar. Beberapa orang akhirnya memilih untuk menonton pidatonya melalui tayangan video di luar ruangan karena tidak mendapat tempat duduk.
Hingga pukul 17.00, Lula belum juga muncul. Dia sedikit terlambat dari jadwal. “Kami sudah menunggu empat tahun. Tidak masalah menunggu beberapa menit lagi,” kata seorang Brasil yang menunggu pidato Lula.
Lula akhirnya tiba sekitar pukul 17.30 waktu setempat didampingi Menlu Mesir. Lula yang tidak fasih berbahasa Inggris menyampaikan pidatonya dalam bahasa Portugis.
Dia menekankan bahwa Brasil sekali lagi akan bergabung dalam perjuangan untuk menyelamatkan bumi. “Kami membutuhkan lebih banyak sumber daya untuk mengatasi masalah ini [perubahan iklim] disebabkan oleh negara-negara kaya tetapi dirasakan oleh yang terlemah,” ujarnya disambut tepuk tangan hadirin.
Lula menyampaikan beberapa poin penting dalam pidatonya. Misalnya, dia akan membentuk Kementerian Orang Asli untuk menjamin hak mereka. Selain itu, ia juga akan membuka kembali kerja sama dengan Jerman dan Norwegia untuk menyediakan Amazon Fund, program pembiayaan hutan yang sempat dihentikan saat Bolsonaro menjadi Presiden. Secara khusus, ia juga menyinggung aliansi hutan tropis antara Brazil, Indonesia dan Republik Demokratik Kongo yang menguasai 52% hutan tropis dunia.
“Kita [aliansi tiga negara] akan menemukan mekanisme pembiayaan untuk mencegah perubahan iklim,” katanya.
Dalam sambutannya, beliau juga mengusulkan agar COP30 tahun 2025 diadakan di Brazil. Selain itu, selama menjabat sebagai Presiden G20 pada 2024, ia berjanji akan menjadikan isu iklim sebagai isu sentral.
Ikrar Nol Deforestasi
Lula da Silva memang memberikan perasaan berbeda dalam memerangi dampak perubahan iklim. Dalam pidato kemenangannya pada 31 Oktober 2022, dia berjanji akan melakukan segala kemungkinan untuk menyelamatkan Amazon. “Kami akan berjuang untuk deforestasi nol,” kata Lula, dikutip dari The Guardian.
Keberhasilan Lula memenangkan pemilu Brasil melawan petahana Jair Bolsonaro membawa perubahan besar di Brasil. Lula yang merupakan Presiden Brasil pada periode 2003-2010 dikenal sebagai pahlawan Amazon. Ia berhasil mengurangi deforestasi hingga 70%. Salah satu program utamanya adalah Amazon Fund, yang membantu mendanai upaya pelestarian hutan tropis Amerika Latin.
Di sisi lain, Jair Bolsonaro dikenal sebagai penyebab rusaknya lingkungan Amazon. Selama empat tahun berkuasa, Bolsonaro mendorong praktik perambahan hutan untuk pertambangan dan agribisnis.
“Suasana hati masyarakat Brasil sangat baik sejak Lula dipastikan memenangkan pemilihan. Dia disukai oleh para aktivis lingkungan dan ilmuwan,” kata Christiane Prizibisczki, jurnalis Brasil yang hadir meliput COP27.
Lula da Silva sendiri adalah politikus sayap kiri Brasil yang lahir pada 27 Oktober 1945. Saat masih muda, ia bekerja di sebuah pabrik onderdil mobil. Suatu hari saat berusia 19 tahun, Lula kehilangan jari kelingkingnya karena kecelakaan kerja. Kejadian itu mendorongnya untuk bergabung dengan serikat buruh dan menjadi tokoh yang berpengaruh. Bersama teman-temannya, ia akhirnya mendirikan partai buruh pada 1980 yang mengantarkannya menjadi Presiden Brasil puluhan tahun kemudian.
Selama dua masa jabatannya sebagai pemimpin Brasil, ia memprakarsai banyak program penting tidak hanya di bidang lingkungan. Ia merancang program ‘Zero Hunger’ untuk mengurangi kelaparan di negara tersebut. Program tersebut sukses besar dan mengurangi tingkat kelaparan hingga 46%. Ia juga mengembangkan program Bolsa Familia yang merupakan program bantuan publik yang mirip dengan bantuan sosial di Indonesia. Secara keseluruhan, ekonomi Brasil tumbuh secara signifikan selama dia berkuasa.
Namun demikian, itu bukan tanpa kontroversi. Kabinetnya diterjang kasus korupsi yang melibatkan 40 politisi dan pejabat tinggi. Beberapa dakwaan bahkan dilontarkan kepada Lula, yang diduga mengetahui skandal korupsi tersebut. Namun kepada publik, dia mengaku tidak tahu menahu soal itu.
Pada 2016, Lula didakwa atas tuduhan kolusi dan nepotisme saat menjabat. Lula kemudian dinyatakan bersalah melakukan korupsi dan pencucian uang sebesar US$ 1,2 juta. Ia pun divonis 12 tahun penjara atas kasus ini. Kepada publik, Lula selalu membantah segala tudingan. Dia mengatakan upaya itu dilakukan untuk menjatuhkannya. Namun, dia akhirnya dibebaskan dari penjara pada 8 November 2019.