liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
bosswin168 login
bosswin168 login
bosswin168 rtp
bosswin168 login
bosswin168 link alternatif
boswin168
bocoran rtp bosswin168
bocoran rtp bosswin168
slot online bosswin168
slot bosswin168
bosswin168 slot online
bosswin168
bosswin168 slot viral online
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
lotus138
bosswin168
bosswin168
maxwin138
master38
master38
master38
mabar69
mabar69
mabar69
mabar69
master38
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
cocol77
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
ronin86
cocol77
cocol77
cocol77
maxwin138
MASTER38 MASTER38 MASTER38 MASTER38 BOSSWIN168 BOSSWIN168 BOSSWIN168 BOSSWIN168 BOSSWIN168 COCOL88 COCOL88 COCOL88 COCOL88 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MAHJONG69 MAHJONG69 MAHJONG69 MAHJONG69 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 ZONA69 ZONA69 ZONA69 NOBAR69 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38
SLOT GACOR HARI INI SLOT GACOR HARI INI
Logo

PT Pertamina resmi memasarkan produk BBM Pertamax Green 95 pada Senin (24/7). Bensin campur pertamax 92 oktan 92 oktan yang mengandung bioetanol 5% masih dijual dalam jumlah terbatas di sepuluh SPBU di Surabaya dan lima SPBU di Jakarta.

Pertamina mematok harga Pertamax Green 95 Rp 13.500 per liter, lebih murah dari bahan bakar sejenis yang dijual SPBU swasta. Shell menjual BBM RON 95 dengan nama Shell V-Power dengan harga Rp 13.780 per liter. Distributor oli swasta lainnya, seperti BP menjual BBM RON 95 merek BP Ultimate dengan harga Rp 13.780 dan Vivo dengan Revvo 95 seharga Rp 13.580 per liter.

Pertamina memproyeksikan penyerapan Pertamax Green 95 di Pulau Jawa mampu mencapai lebih dari 90.000 kiloliter (KL) per tahun dengan kebutuhan etanol mencapai 5.000 kl per tahun. Pertamax Green memiliki nilai oktan 95, sama dengan Pertamax Plus yang dihentikan produksinya pada 2016.

Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga, Riva Siahaan mengatakan, perseroan menargetkan penjualan Pertamax Green per hari sekitar 400 liter per hari. Riva mengatakan target tersebut cenderung realistis mengingat tingkat penjualan BBM RON 95 dari seluruh SPBU swasta antara 700 hingga 1.000 liter per hari.

Untuk memastikan pengembangan Pertamax Green 95 dapat berjalan maksimal. Riva mengatakan, dukungan pemerintah diperlukan dalam hal regulasi yang mendorong penggunaan bioetanol, misalnya penetapan cukai etanol hingga penetapan formula harga jual.

“Pertamina Patra Niaga berharap dukungan Pemerintah dapat menjadi sinergi untuk mendorong perluasan dan pengembangan Pertamax Green 95 di seluruh Indonesia,” kata Riva pada peluncuran pertama Pertamax Green di SPBU MT Haryono, Jakarta, Senin (24/7).

SPBU Pertamina yang menjual Pertamax Green di wilayah Jakarta adalah SPBU MT Haryono, Fatmawati 1 dan Fatmawati 2, Lenteng Agung, dan Sultan Iskandar Muda Kebayoran. Untuk wilayah Surabaya Pertamax Green dapat dibeli di SPBU Jemursari, Soetomo, Mulyosari, Merr, Ketintang, Karang Asem, Mastrip, Citra Raya Boulevard, Juanda dan Buduran.

Direktur Perencanaan dan Pengembangan Bisnis Pertamina Patra Niaga Harsono Budi Santoso mengatakan, pihaknya mengalokasikan pasokan ethanol sebanyak 30.000 kiloliter (kl) untuk bahan baku bioethanol sebagai bahan bakar campuran Pertamax.

Seluruh pasokan etanol berasal dari molase atau tetes tebu yang merupakan produk sampingan dari produksi gula. Saat memproduksi gula, cairan dari tebu diekstraksi dan dipanaskan hingga mengkristal.

Molase adalah cairan hitam kental dengan konsistensi sirup yang tertinggal saat kristalisasi sari tebu selesai.

Memang pasokan khususnya untuk Surabaya dan Jakarta tahun depan bisa terpenuhi untuk seluruh pulau Jawa, kata Budi di lokasi yang sama.

Sebelumnya, Dirjen Energi Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) yang baru, Dadan Kusdiana mengatakan, saat ini ada sebelas badan usaha BBN atau produsen etanol BU BBN yang tergabung dalam Apsendo. Gabungan sebelas badan usaha BBN mampu memproduksi etanol hingga potensi kapasitas 337.500 KL.

Jumlah ini jauh lebih besar dari selisih kapasitas produksi bioetanol dalam negeri untuk bahan bakar kendaraan atau fuel grade dari tiga produsen berkapasitas 63.000 KL. “Sehingga program Bioetanol tidak dikhawatirkan akan mengganggu sektor pangan,” kata Dadan melalui SMS, Jumat (9/6).

Untuk memperkuat cadangan pasokan bioetanol dalam negeri, pemerintah juga menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) tentang percepatan swasembada gula dan penyediaan bioetanol.