Pertamina sedang menjajaki pembentukan konsorsium dengan beberapa perusahaan asing untuk pengembangan green hydrogen dan green ammonia yang diperoleh dari sumber wilayah kerja panas bumi (WKP) di wilayah Sumatera.
Direktur Perencanaan Strategis dan Pengembangan Bisnis PT Pertamina Power Indonesia (PPI), Fadli Rahman, mengatakan perseroan sedang menjajaki kerja sama dengan perusahaan migas asal Amerika Serikat, Chevron dan perusahaan energi asal Singapura, Keppel Corporation.
“Pertamina sudah memulai pembahasan sejak akhir tahun lalu, jadi tahun ini kita sudah mulai konkrit untuk kajiannya,” ujar Fadli saat ditemui di Kantor Kementerian BUMN, Selasa (8/11).
Selain itu, Pertamina juga sepakat untuk melakukan studi bersama pengembangan hidrogen hijau dan hidrogen biru dengan Krakatau Steel dan IGNIS Energy Holdings.
Komitmen Pertamina untuk mengembangkan hidrogen dan amoniak diperkuat melalui penandatanganan joint study dengan IGNIS Energy Holdings dan Sembcorp Energy Indonesia untuk produksi hidrogen.
Selain itu, Pertamina sebelumnya telah menyepakati perjanjian studi bersama untuk pengembangan green hydrogen dan green ammonia dengan Tokyo Electric Power Company (TEPCO). Mitsubishi Corporation juga disebut telah bekerja sama dengan Pertamina dalam pengembangan hidrogen dan amonia.
“Secara keseluruhan ada kerjasama dengan lima perusahaan, sebentar lagi akan masuk tahap feasibility study dengan Chevron dan Keppel,” ujar Fadli.
Dengan beberapa proyek kerjasama tersebut, Pertamina berharap bisa memasok kebutuhan 2 juta ton green hydrogen dan green ammonia pada 2030. Namun, Fadli masih belum mengetahui total nilai investasi yang dilakukan masing-masing perusahaan.
“Investasinya belum ada yang tahu, karena ini sebenarnya masih tahap awal, jadi kita masih harus melihat sejauh mana potensinya. Tapi yang penting Pertamina mau memberikan kontribusi sebesar 2 juta ton pada tahun 2030,” tambah Fadli. .
Sebelumnya diberitakan, Pertamina berupaya menyesuaikan produk bisnisnya dengan tren transisi energi global yang semakin meningkat. Simak daftar negara dengan investasi pengembangan hidrogen terbesar di dunia pada kotak data berikut:
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan Pertamina akan berubah dari perusahaan minyak dan gas menjadi perusahaan yang menjual produk energi baru terbarukan (EBT).
Nicke mengatakan, saat ini Pertamina melalui Pertamina Geothermal Energy (PGE) mulai memproduksi green hydrogen dari aset geothermal yang mereka olah di beberapa kilang mereka.
“Kami mengubah perusahaan minyak dan gas menuju energi baru dan terbarukan dan kami memiliki rencana untuk memproduksi hidrogen hijau dari elektrolisis, baik dari matahari maupun air,” kata Nicke dalam presentasinya di Acara Samping G20: Keuangan Berkelanjutan untuk Meja Bundar Transisi Iklim di Kamis. (14/7).