Pertamina meningkatkan kapasitas energi geothermal atau panas bumi sebagai salah satu faktor penting dalam mencapai target penurunan emisi karbon dengan potensi penurunan emisi yang signifikan dari pengembangan kapasitasnya.
Chief Executive Officer Pertamina Geothermal Energy Ahmad Yuniarto menjelaskan, Pertamina mendukung langkah pemerintah Indonesia untuk mencapai emisi nol karbon atau net zero emission pada 2060.
Pertamina bertujuan untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060 dengan dukungan berbagai langkah dekarbonisasi dan bisnis hijau, termasuk pengembangan kapasitas panas bumi.
Dia menekankan bahwa akan ada pengurangan emisi karbon yang signifikan ketika penerapan apa yang tercantum dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional terbaru untuk meningkatkan kapasitas panas bumi terpasang di Indonesia dilaksanakan.
“Kita berpeluang melakukan pengurangan kumulatif hingga 1.200 juta ton emisi karbon setara,” ujarnya dalam diskusi di Paviliun COP27 Indonesia di Sharm el-Sheikh, Mesir, dikutip Kamis (10/11).
Jumlah tersebut merupakan potensi besar kontribusi sektor panas bumi di Indonesia untuk mencapai net zero emisi yang perlu mendapat perhatian lebih.
Pertamina Geothermal saat ini mengelola 13 wilayah kerja panas bumi dengan kapasitas terpasang sebesar 1.877 MW, terdiri dari 672 MW yang dioperasikan dan dikelola langsung oleh perusahaan dan 1.205 MW yang dikelola berdasarkan skenario Kontrak Operasi Bersama. Jumlah ini merupakan 82% dari total kapasitas terpasang panas bumi di Indonesia.
Menurutnya, panas bumi memiliki peran penting untuk transisi energi dan mencapai keadaan nol karbon, dengan sektor energi memiliki emisi sepuluh kali lebih rendah daripada pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar fosil.
“Pertamina Geothermal Energy berkomitmen dalam lima tahun ke depan akan meningkatkan kapasitas terpasang sebesar 600 MW,” ujarnya.
Dengan komitmen tersebut, ada potensi untuk menghindari produksi 15,7 juta ton setara CO2 per tahun. “Itu merupakan kontribusi yang besar dan nyata sekaligus memperkuat beban dasar energi terbarukan di Indonesia,” tambah Ahmad.
Tak hanya mendorong penurunan emisi melalui peningkatan kapasitas terpasang panas bumi, Pertamina Geothermal Energy juga mendukung upaya pemulihan kawasan hutan seluas 588 hektar. “Memang banyak yang tidak sadar, pengembang panas bumi juga sedang menggarap (memulihkan) hampir 600 hektare,” katanya.
Dalam menjalankan bisnisnya, Pertamina Geothermal terus berkomitmen terhadap pengembangan panas bumi dan memastikan penerapan Environmental, Social and Governance (ESG) menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari bisnis panas bumi PGE.
Penerapan aspek ESG ini merupakan upaya memberikan nilai tambah dan dukungan PGE terhadap program pemerintah terkait pemanfaatan energi terbarukan yang ramah lingkungan, khususnya panas bumi.
Komitmen PGE terhadap pengembangan energi panas bumi dapat berkontribusi pada pencapaian target pembangunan berkelanjutan tujuan 7 (energi bersih dan terjangkau), tujuan 12 (konstruksi dan produksi yang bertanggung jawab), tujuan 13 (menangani perubahan iklim), dan tujuan 15 (ekosistem darat) di SDGs (Tujuan Pembangunan Berkelanjutan).