liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
bosswin168 login
bosswin168 login
bosswin168 rtp
bosswin168 login
bosswin168 link alternatif
boswin168
bocoran rtp bosswin168
bocoran rtp bosswin168
slot online bosswin168
slot bosswin168
bosswin168 slot online
bosswin168
bosswin168 slot viral online
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
lotus138
bosswin168
bosswin168
maxwin138
master38
master38
master38
mabar69
mabar69
mabar69
mabar69
master38
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
cocol77
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
ronin86
cocol77
cocol77
cocol77
maxwin138
Pertama dalam 8 Tahun, Emisi Gas Rumah Kaca Jepang Meningkat

Emisi gas rumah kaca Jepang meningkat 2% per tahun pada Maret 2022. Kementerian Lingkungan Hidup Jepang menyatakan bahwa nilai emisi meningkat dari 1,15 miliar ton karbon dioksida per tahun pada 2021 menjadi 1,17 miliar metrik ton karbon dioksida tahun lalu. Ini juga merupakan kenaikan pertama setelah delapan tahun lalu.

Pemerintah Negeri Sakura menyebut kenaikan emisi itu sejalan dengan peningkatan aktivitas industri yang mengalami penurunan selama pandemi Covid-19 lalu. Sementara itu, emisi GRK Jepang mengalami penurunan terdalam pada periode 2020/2021, sejak rekor awal pada 1990/1991.

“Peningkatan pada periode 2021/2022 karena peningkatan konsumsi energi yang mencerminkan pemulihan ekonomi dari keterpurukan sejak pandemi Covid-19,” kata Fumio Ito, salah satu direktur Kementerian Lingkungan Hidup Jepang seperti dikutip dari Reuters.

Meski emisi negara Sakura meningkat, namun nilainya masih 3% lebih rendah dibandingkan periode sebelum pandemi 2019/2020. Fumio melihat ini sebagai kemajuan menuju target emisi 2030.

Sebagai penghasil emisi gas rumah kaca terbesar kelima di dunia, Jepang menargetkan pengurangan emisi sebesar 46% pada tahun 2030, dari basis emisi tahun 2013. Jika ini tercapai, emisi gas rumah kaca pada tahun 2030 akan mencapai 0,76 miliar ton.

“Kami tidak optimis atau pesimis untuk mencapai target emisi GRK 2030. Kami harus melanjutkan perjalanan untuk mencapai target tersebut.”

Laporan tersebut menjelaskan bahwa emisi Jepang meningkat setelah pembangkit listrik tenaga nuklir di Fukushima dihancurkan pada tahun 2011. Orang sekali lagi bergantung pada bahan bakar fosil. Emisi GRK mencapai puncaknya pada tahun 2013/2014 dengan nilai 1,4 miliar ton, sebelum akhirnya dikurangi dengan penggunaan energi terbarukan dan energi nuklir.

Selanjutnya, ada 1,03 triliun kWh listrik yang dihasilkan pada periode 2021/2022. Reuters mencatat, mayoritas listrik di Matahari Terbit berasal dari energi panas, yaitu sebesar 72,8%. Nilai ini menurun sebesar 3,5% dari periode sebelumnya.

Sumber energi selanjutnya adalah energi terbarukan dengan pangsa 20,3% atau meningkat 0,5 poin dari tahun sebelumnya. Terakhir, tenaga nuklir menyumbang 6,9% listrik di Jepang. Jumlah ini meningkat 3 poin dari tahun sebelumnya.