PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) diperkirakan akan membatalkan sembilan proyek pembangkit listrik tenaga batu bara (PLTU) dengan total kapasitas 2,9 GW sebagai bagian dari rencana pensiun dini PLTU.
Dalam RUPTL 2021-2030, PLN masih mencantumkan rencana penambahan PLTU dengan total kapasitas 13,8 giga watt (GW). Namun, sejalan dengan rencana transisi energi Indonesia, PLN diharuskan untuk mengurangi sebagian besar rencananya untuk membangun PLTU baru pada tahun 2030.
Laporan terbaru Institute for Essential Services Reform (IESR) menyebutkan sembilan PLTU yang bisa dibatalkan sebagian besar masih dalam tahap pendanaan atau gagal mendapatkan pendanaan. Selain itu, PLN juga berpotensi mengalihkan rencana pembangunan PLTU berkapasitas 220 MW ke pembangkit biomassa.
“Kesembilan PLTU ini bernilai US$ 238 juta,” tulis peneliti dalam laporan bertajuk Delivering Indonesia’s Power Sector Transition.
Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa mengatakan, pembatalan sembilan PLTU tersebut dapat mengurangi emisi hingga 295 juta metrik ton. Namun, biaya tersebut belum termasuk tambahan pengoperasian sistem tenaga listrik yang mencapai US$ 2,5 miliar per tahun hingga tahun 2050.
“Perlu dicatat juga bahwa analisis IESR tidak memperhitungkan penambahan energi terbarukan ke dalam bauran energi, yang akan membantu mengurangi biaya pembangkitan rata-rata lebih lanjut,” kata Fabby.
Selain itu, Fabby juga menyebut ada risiko hukum yang perlu dimitigasi jika rencana pembangunan PLTU dibatalkan. Hal itu terjadi saat Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membatalkan PLTU Kaltengsel-3 dari RUPTL PLN. Pemilik PLTU akhirnya menggugat pemerintah atas keputusan tersebut.
Fabby mengatakan, lebih dari dua pertiga listrik Indonesia saat ini berasal dari pembakaran batu bara. Jika PLTU 13,8 GW dimasukkan dalam RUPTL PLN, india akan menjadi negara dengan rencana pembangunan PLTU batubara terbesar ketiga di dunia, setelah China dan India.
Joseph Curtin, Managing Director Power and Climate, Rockefeller Foundation mengatakan ada sekitar 950 pembangkit listrik tenaga batu bara yang direncanakan atau sedang dibangun di seluruh dunia.
“Kalau dibangun, ratusan PLTU ini akan melepas sekitar 78 miliar ton CO2 selama beroperasi,” ujarnya.