Pemerintah menargetkan 52% pembangkit listrik di Indonesia berbasis energi baru terbarukan atau EBT dalam 10 tahun ke depan. Rencana penggunaan pembangkit listrik EBT diharapkan mampu menciptakan 200.000 lapangan kerja baru.
“Hampir 200.000 lapangan kerja tercipta dari sektor pengembangan energi baru dan terbarukan,” kata Ketua Umum Asosiasi Produsen Listrik Swasta Indonesia (APLSI) Arthur Simatupang pada acara “Dialog Inisiatif Transisi Energi Produsen Energi Mandiri” di Bali, Selasa (15/ 11).
Arthur mengatakan, saat ini APLSI sedang merencanakan kerjasama dengan negara-negara di Asia Tenggara untuk melakukan joint feasibility study terkait penggunaan pembangkit listrik EBT. Hasil kajian ini diharapkan dapat mewujudkan tujuan pemanfaatan pembangkit listrik EBT menjadi investasi baru.
“Strukturnya sudah kita lihat dan kita bahas pakai mixed financing, artinya sumber pembiayaan swasta, publik dan agunan. Dan saya kira, kita akan mulai melihat ini sesuatu yang bisa diterapkan di Indonesia,” kata Arthur.
Arthur mengatakan pembangkit listrik EBT ini dapat membuat Indonesia beralih dari PLTU ke energi bersih yang baru dan terbarukan. Penggunaan energi bersih akan memberikan banyak dampak positif bagi Indonesia karena bergantung pada sumber daya alam.
Dia mengatakan energi bersih dapat diperbarui dan juga dapat digunakan hampir di mana saja di dunia. “Pemerintah juga banyak mengeluarkan regulasi baru yang mendukung APLSI untuk menuju Indonesia maju dengan implementasi pembangkit listrik EBT. Kami juga membidik net zero emission, dengan isu emisi gas rumah kaca dan perubahan iklim dari sektor energi,” tambah Arthur.
Arthur mengatakan, rencana penggunaan pembangkit listrik EBT memiliki beberapa peraturan pelaksanaan yang melibatkan pihak swasta dan RUU tentang energi terbarukan. Dia mengatakan akan ada lima peraturan baru untuk mendukung rencana tersebut.
“Saya kira pemerintah akan terus mendukung rencana penggunaan pembangkit listrik EBT ini dengan memberikan insentif dan prioritas,” ujarnya.
Arthur berharap pembangkit listrik EBT ini sukses dan segera diimplementasikan di Indonesia. Dia meminta pemerintah dan masyarakat untuk terus mendukung rencana ini.
Pada tahun 2030, pangsa pembangkit EBT ditargetkan mencapai 28,87 GW atau 29% dari total kapasitas pembangkit sebesar 99,2 GW. Pangsa ini lebih besar dari realisasi tahun 2021 yang tercatat sebesar 11,15 GW atau 15% dari total kapasitas pembangkit yang mencapai 74 GW.
Menurut laporan riset Institute for Essential Services Reform (IESR) berjudul Financing Indonesia’s Coal Phase-Out, per Mei 2022 terdapat 86 PLTU yang beroperasi di Indonesia dengan total kapasitas terpasang 40,2 GW. Dari seluruh pembangkit tersebut, IESR menilai ada 12 pembangkit berbahan bakar batu bara yang layak pensiun dini pada 2023, seperti terlihat pada grafik.