liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
bosswin168 login
bosswin168 login
bosswin168 rtp
bosswin168 login
bosswin168 link alternatif
boswin168
bocoran rtp bosswin168
bocoran rtp bosswin168
slot online bosswin168
slot bosswin168
bosswin168 slot online
bosswin168
bosswin168 slot viral online
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
lotus138
bosswin168
bosswin168
maxwin138
master38
master38
master38
mabar69
mabar69
mabar69
mabar69
master38
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
cocol77
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
ronin86
cocol77
cocol77
cocol77
maxwin138
Para Kepala Negara G20 Akan Ikut Tanam Mangrove di Bali, Apa Maknanya?

Pemerintah telah menjadwalkan penanaman mangrove oleh para pemimpin negara G20 di luar KTT G20 di Bali pada 15 November 2022. Kegiatan ini dilakukan untuk menekankan pentingnya penanganan krisis iklim.

“Salah satu tema yang dipilih adalah transisi energi termasuk isu lingkungan. Sebagai salah satu negara dengan hutan mangrove terluas, agenda ini diharapkan dapat menginspirasi dunia,” kata Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika Usman Kansong, Jakarta, Kamis (3/11/2022). ).

Salah satu kewenangan Indonesia sebagai pemegang kepresidenan G20 adalah menentukan tema konferensi. Tiga isu utama yang menjadi agenda pemerintahan Joko Widodo pada KTT G20 adalah manajemen kesehatan yang inklusif, transformasi berbasis digital, dan transisi menuju energi berkelanjutan.

Agenda para pemimpin G20 menanam mangrove akan dilaksanakan pada 15 November 2022 di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai, Denpasar, Bali. “Agenda tersebut merupakan bentuk kepedulian kita terhadap lingkungan karena hutan mangrove mampu menyerap karbon, melindungi tanah, dan mencegah erosi laut,” kata Usman.

Presiden Jokowi mengunjungi hutan bakau yang akan menjadi salah satu tempat pertemuan para pemimpin G20 setahun sebelumnya.

“Ini kepedulian kita terhadap lingkungan, untuk penghijauan, baik mangrove maupun hutan hujan tropis agar para pemimpin yang diundang bisa melihat sendiri,” kata Jokowi.

Tahura Ngurah Rai memiliki luas 1.373,5 hektar yang tersebar di dua daerah tingkat dua, yaitu Kota Denpasar dan Kabupaten Badung. Tahura ini memiliki 33 jenis mangrove, dengan sebagian besar jenis perapa putih atau pidada yang dalam bahasa Bali disebut prapat — begitu banyak sehingga penduduk setempat juga menyebut lokasi ini Tahura Prapat.

Panitia telah menyiapkan bangunan kayu elips tempat para pemimpin G20 berdiri dan menanam pohon bakau di lokasi tersebut. Serangkaian mangrove Rhizhopora apiculata membentuk kata “G20” di tengahnya. Panitia menyiapkan puluhan lubang tanam yang akan ditempatkan bibit mangrove Rhizopora mucronata, termasuk Presiden Jokowi.

Merujuk data Badan Pusat Statistik per Desember 2021, luas ekosistem mangrove di Indonesia mencapai 3,63 juta hektare (Ha) atau 20,37 persen dari total dunia. Papua merupakan pulau dengan ekosistem mangrove terluas yaitu mencapai 1,63 juta hektar, disusul Sumatera dengan luas 892.835 hektar, dan Kalimantan dengan luas 630.913 hektar. Sedangkan Bali merupakan pulau dengan ekosistem mangrove terkecil seluas 1.894 hektar.

Luas tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara dengan hutan mangrove terluas di dunia, disusul Brazil di urutan kedua dengan luas 1,3 juta ha, diikuti Nigeria (1,1 juta ha), Australia (0,97 juta ha) dan Bangladesh (0,2 juta ha).

Senada dengan itu, Dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) Cecep Kusmana juga melihat peran penting hutan mangrove dalam menghadapi perubahan iklim. Mangrove dapat menyimpan karbon 3-5 kali lebih banyak dibandingkan hutan tropis dataran rendah. “Ekosistem mangrove berperan sangat besar dalam pengendalian iklim global,” katanya.

Mengutip situs Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), hutan mangrove memiliki banyak manfaat bagi ekosistem. Mangrove dapat menyuburkan tanah di sekitarnya, menaungi ikan-ikan kecil dan kepiting, menjernihkan air, melindungi pantai dari erosi dengan menghalangi gelombang secara langsung, mengatasi banjir pesisir, dan dapat diolah menjadi pakan ternak.

Ekosistem mangrove menyimpan potensi ekonomi yang besar. Bagi masyarakat sekitar, pohon mangrove dapat diolah menjadi berbagai hiasan atau kerajinan tangan. Bagi pemerintah, pengembangan ekosistem mangrove dapat menjadi tambahan pendapatan negara melalui perdagangan karbon. Harga jual karbon dunia sekitar US$5-10 per ton CO2.

Sedangkan dengan luas hutan mangrove mencapai sekitar 3 juta hektar yang mampu menyerap emisi karbon sekitar 950 ton, pemerintah bisa mendapatkan tambahan Rp 2.400 triliun dari perdagangan karbon. Pendapatan nasional bisa lebih tebal lagi jika menghitung perdagangan karbon dari hutan tropis dan lahan gambut.

Data Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, hutan tropis Indonesia merupakan yang terbesar ketiga di dunia dengan luas 125,9 juta hektar yang dapat menyerap emisi karbon sebesar 25,18 miliar ton. Sedangkan untuk lahan gambut, Indonesia merupakan negara dengan cakupan terluas di dunia dengan luas 7,5 juta hektar yang mampu menyerap sekitar 55 miliar ton emisi karbon.

Dengan mengumpulkan ketiga hal tersebut, Indonesia setidaknya dapat menyerap 113 gigaton emisi karbon. Jika dijual serendah US$5, pemerintah berpotensi menambah pendapatan negara hingga US$565 miliar atau sekitar Rp8.000 triliun.