Rekosistem, perusahaan rintisan yang menawarkan jasa pengelolaan sampah di empat kabupaten/kota di Pulau Jawa, saat ini sedang bekerja keras untuk meningkatkan kapasitas pengumpulan sampah di sektor rumah tangga hingga 30% per bulan.
Chief Executive Officer dan Co-Founder Ernest Christian Layman, mengatakan sejauh ini Rekosistem telah memberikan layanan pengelolaan sampah mulai dari mengumpulkan, memilah, dan mendaur ulang sampah dari sekitar 20.000 rumah di sekitar gudang perusahaan atau lokasi waste HUB di Surabaya, Purwokerto, Bandung, dan Jakarta.
“Pengelolaan sampah kami tumbuh rata-rata 30% per bulan, kapasitas pengumpulan sampah kami bisa mengumpulkan sekitar 2.000 ton per bulan,” kata Ernest saat ditemui di Nara Senopati, Jakarta, Rabu (14/12).
Melalui aplikasi yang dapat diunduh dari Play Store dan App Store, Rekosistem menawarkan layanan pengumpulan dan pemilahan sampah. Bagi pengguna aplikasi yang memisahkan sampahnya secara mandiri sebelum diserahkan, Rekosistem akan memberikan pembayaran sebesar Rp 800 per kilogram (kg).
“Harus sampah yang bisa didaur ulang. Artinya, kalau sampah dicampur kita dibayar sama dengan harga konvensional. Tapi kalau sampah sudah dipisahkan, kita bayar,” kata Ernest.
Dalam pengoperasian pengangkutan limbah dari pelanggan, Rekosistem tidak memilih jenis limbah. Mereka bersedia mengangkut sampah yang dapat didaur ulang seperti kardus, botol dan plastik, serta sampah yang tidak dapat didaur ulang seperti sampah makanan.
Ernest mengatakan, Rekosistem akan mengenakan biaya untuk mengangkut sampah yang belum dipilah oleh pelanggan. Harga yang dikeluarkan adalah Rp 50.000 per bulan untuk wilayah DKI Jakarta dan Rp 30.000 hingga Rp 40.000 untuk wilayah regional.
Sejauh ini, Rekosistem memiliki enam unit gudang sampah yang berada di setiap wilayah operasi, dua di antaranya berada di kawasan Jagakarsa dan Pantai Indah Kapuk untuk wilayah DKI Jakarta.
“Kalau belum dipilah, kenapa harus bayar? Karena pengelolaan sampah membutuhkan jasa pengelolaan sampah. Jadi pembayaran ini untuk mereka yang mendistribusikan sampah yang sudah dipilah kepada kami,” kata Ernest.
Pembayaran layanan pemilahan sampah sebesar Rp 800 per kg dapat disalurkan dalam bentuk poin reward yang terhubung dengan aplikasi. Selain itu, Rekosistem juga bekerja sama dengan Multi Bintang Indonesia untuk menawarkan poin reward bagi mereka yang mendepositkan botol bir BINTANG atau Heineken® melalui drop point Rekosistem yang tersedia senilai Rp500 per botol. “Kami memiliki sekitar 30 titik pengumpulan dan stasiun dropbox,” katanya.
Selain menyasar pasar utama di kawasan pemukiman, Rekosistem juga menyasar pengangkutan sampah di kawasan komersial seperti pusat perbelanjaan, hotel, dan tempat umum seperti stasiun MRT. Dalam waktu dekat, Rekosistem juga akan menyasar sektor kampus dan sekolah.
“Ke depan kami akan selalu berusaha menjangkau banyak rumah, dan baru-baru ini kami memiliki program di Universitas Parahyangan untuk pengumpulan sampah elektronik,” ujar Ernest.
Dalam kegiatan operasional sehari-hari, Rekosistem bekerja sama dengan Pemerintah Daerah untuk penyaluran sampah yang tidak dapat didaur ulang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di masing-masing wilayah operasional.
“Pasti ada sampah yang tidak bisa didaur ulang dan perlu dikirim ke fasilitas pemerintah ke TPA resmi. Kami pasti bekerja sama dengan Badan Lingkungan Hidup di setiap kota atau kabupaten yang bekerja sama dengan kami untuk menerima sampah tersebut,” ujar Ernest.