Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengadakan pertemuan dengan Presiden Republik Demokratik Kongo (DRC), Felix Tshisekedi, di Kongo pada 11-12 Juli 2023. Pertemuan tersebut membahas potensi kerja sama antara keduanya. negara, termasuk pembentukan aliansi hutan tropis dan karbon.
“Kami mengajukan usulan Presiden Jokowi untuk membuat kerja sama tripartit dalam bentuk pakta hutan tropis dan karbon, yang melibatkan Brasil, DRC, dan Indonesia,” kata Luhut dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi Katadata.co.id, Kamis (13/10). 7).
Luhut mengatakan, rencana pembentukan aliansi ini bertujuan menggabungkan upaya perlindungan hutan tropis dan memerangi perubahan iklim. Hal ini menunjukkan komitmen bersama negara-negara yang terlibat.
Aliansi dijadwalkan akan ditandatangani pada 25 Agustus. Selain itu, Luhut juga menekankan beberapa area fokus utama untuk Indonesia, antara lain industrialisasi, digitalisasi, dekarbonisasi, interkoneksi, distribusi ekonomi, dan pendidikan.
“Indonesia dan RDK memiliki potensi besar untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Saya senang bisa berbagi pengalaman dan strategi Indonesia di berbagai bidang dengan Presiden Felix,” ujarnya.
Luhut berharap kerja sama kedua negara dapat saling menguntungkan dan berkontribusi pada pembangunan ekonomi berkelanjutan di RDK dan negara-negara Afrika lainnya.
Sementara itu, Felix juga menyampaikan keyakinannya kepada Indonesia untuk membantu negara-negara DRC dan Afrika dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Diskusi tersebut mencerminkan pemahaman bersama tentang pentingnya menemukan solusi berkelanjutan yang menyeimbangkan kemajuan ekonomi dengan pelestarian lingkungan dan pembangunan sosial.
Felix pun terang-terangan menerima tawaran Indonesia untuk melatih personel militer DRC. Kesepakatan ini mencerminkan komitmen bersama untuk meningkatkan kemampuan pemeliharaan perdamaian dan menjaga keamanan kawasan.
Lebih lanjut, Presiden Joko Widodo telah berjanji akan mengirimkan batalion untuk memperkuat pasukan penjaga perdamaian di DRC. Hal ini menunjukkan dedikasi Indonesia terhadap perdamaian dan keamanan internasional.
Potensi Ekonomi Karbon Indonesia
Indonesia berpotensi memperoleh tambahan pendapatan hingga ribuan triliun dari nilai ekonomi karbon. Pendapatan ekonomi karbon berasal dari perdagangan karbon hutan tropis, bakau dan gambut.
Data Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi menunjukkan Indonesia memiliki hutan hujan tropis terbesar ketiga di dunia dengan luas 125,9 juta hektar yang mampu menyerap emisi karbon sebesar 25,18 miliar ton.
Sedangkan luas hutan mangrove di Indonesia saat ini mencapai 3,31 juta hektar yang mampu menyerap emisi karbon sekitar 950 ton karbon per hektar atau setara dengan 33 miliar karbon untuk seluruh hutan mangrove di Indonesia.
Indonesia juga memiliki lahan gambut terluas di dunia dengan luas 7,5 juta hektar yang mampu menyerap emisi karbon hingga 55 miliar ton.
Dari data tersebut, jumlah emisi karbon yang mampu diserap Indonesia sekitar 113,18 gigaton. Jika pemerintah Indonesia bisa menjual kredit karbon dengan harga US$ 5 di pasar karbon, maka potensi pendapatan Indonesia akan mencapai US$ 565,9 miliar.
Alhasil, potensi ekonomi karbon Indonesia mencapai Rp 8.000 triliun jika dipecah dari hutan tropis Rp 1.780 triliun, hutan mangrove Rp 2.333 triliun, dan lahan gambut Rp 3.888 triliun.