Pemerintah berupaya mengoptimalkan program biodiesel B35 tahun ini dengan meningkatkan akomodasi logistik dan fasilitas pencampuran minyak sawit dengan solar.
Fasilitas pabrik kilang menjadi fokus karena dinilai belum bisa mengoptimalkan proses blending, salah satunya proyek pembangunan kilang Balikpapan di Kalimantan Timur yang berjalan lamban.
Dirjen Energi Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) yang baru, Dadan Kusdiana mengatakan, blending biodiesel di Balikpapan masih dilakukan secara floating melalui kapal tanker. Hal ini dianggap menimbulkan risiko keamanan dan lingkungan yang tinggi dibandingkan dengan tanah yang mengalir melalui kilang.
“Sampai saat ini masih ada tantangan, misalnya mixing di wilayah Balikpapan. Sekarang kami masih mixing dari kapal ke kapal,” ujar Dadan saat menjadi narasumber pada Pelaksanaan Energy Corner Khusus B35, Selasa (31/1).
Dadan melanjutkan, pencampuran biodiesel B35 di Balikpapan masih akan dilakukan dengan kapal karena pembangunan kilang Balikpapan belum selesai.
Proyek pembangunan kilang Balikpapan ditargetkan selesai pada 2024. “Karena belum siap, kami akan tetap melakukan blending on board tahun ini,” ujar Dadan.
Pembangunan kilang minyak memang menjadi salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) Presiden Joko Widodo (Jokowi) sejak awal pemerintahannya pada 2014 lalu.
Proyek pabrik tersebut adalah perluasan kapasitas Kilang Balongan, perluasan Kilang Balikpapan, revitalisasi Kilang Cilacap, peningkatan kapasitas Kilang Plaju dan perluasan kapasitas Kilang Dumai. Dari beberapa proyek pemurnian tersebut, baru proyek pengembangan Pabrik Balongan yang sudah selesai sejak Mei 2022.
Sementara itu, dibutuhkan dana hingga US$ 7,24 miliar untuk meningkatkan kapasitas pengolahan Kilang Balikpapan menjadi 360 ribu barel per hari dari sebelumnya 260 ribu barel per hari.
Proyek pembangunan infrastruktur terbesar Pertamina juga bertujuan untuk meningkatkan kompleksitas kilang dalam mengoptimalkan penggunaan bahan baku dan menghasilkan produk minyak dan gas hasil penyulingan yang berkualitas.
Selain faktor penyulingan, Dadan juga mendorong produsen biodiesel membangun fasilitas blending di wilayah Papua. Hal ini dinilai dapat meningkatkan pencapaian distribusi biodiesel di dalam negeri.
“Di Papua ada perkebunan sawit dan ada pabrik biodiesel di sana. Dari segi logistik akan lebih membantu pengiriman di wilayah timur,” ujar Dadan.
Dadan juga mengatakan, dari sisi produksi, kapasitas produksi biodiesel cukup untuk melaksanakan penerapan B35. “Tentunya ketika kita merencanakan B40 di awal saja tidak cukup. Jadi, kebijakan pembuatan B35 tentunya merupakan kebijakan yang paling tepat dari sisi suplai biodiesel,” ujar Dadan.
Lebih lanjut, dari sisi distribusi, dia berharap tidak terjadi B0 di lapangan. “Target kita agar tidak terjadi B0. B0 artinya biodiesel tidak tercampur di lapangan karena misalnya biodiesel datang terlambat, kita hindari,” ujarnya.