liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
bosswin168 login
bosswin168 login
bosswin168 rtp
bosswin168 login
bosswin168 link alternatif
boswin168
bocoran rtp bosswin168
bocoran rtp bosswin168
slot online bosswin168
slot bosswin168
bosswin168 slot online
bosswin168
bosswin168 slot viral online
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
lotus138
bosswin168
bosswin168
maxwin138
master38
master38
master38
mabar69
mabar69
mabar69
mabar69
master38
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
cocol77
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
ronin86
cocol77
cocol77
cocol77
maxwin138
MASTER38 MASTER38 MASTER38 MASTER38 BOSSWIN168 BOSSWIN168 BOSSWIN168 BOSSWIN168 BOSSWIN168 COCOL88 COCOL88 COCOL88 COCOL88 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MAHJONG69 MAHJONG69 MAHJONG69 MAHJONG69 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 ZONA69 ZONA69 ZONA69 NOBAR69 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38
SLOT GACOR HARI INI SLOT GACOR HARI INI
ESDM: Pencampuran Bioetanol dengan Bensin akan Dilakukan pada Pertamax

Pemerintah berencana segera melakukan uji coba distribusi bahan bakar nabati (BBN) bioetanol 5% atau E5 sebagai campuran bensin pada pertengahan tahun ini. Kementerian ESDM mengungkapkan akan dilakukan pengujian dengan Pertamax.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana menjelaskan, bioetanol dapat digunakan sebagai campuran semua jenis bahan bakar bensin seperti Pertalite, Pertamax hingga Pertamax Turbo.

Namun, pemerintah mempersempit target pengujian campuran bioetanol dan pertamax. Dadan mengatakan pencampuran dengan Pertamax lebih hemat dibandingkan dengan Pertalite. Pasalnya, harga Pertamax dan bioetanol relatif sama yakni di kisaran Rp 12.000-13.000 per liter.

Oleh karena itu, implementasinya dianggap mampu menciptakan stabilitas harga yang lebih ekonomis ketika kebijakan ini diterapkan secara luas. “Sekarang kita lihat Pertamax supaya lebih cepat pelaksanaannya,” kata Dadan saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Senin (20/2).

Sementara itu, lanjut Dadan, pencampuran E5 dengan Pertalite yang merupakan Bahan Bakar Tugasan Khas (JBKP) atau BBM bersubsidi berpotensi menimbulkan selisih harga yang harus dibayar pemerintah.

Selisih ini muncul dari harga jual Pertalite yang Rp 10.000 per liter. “Kalau Pertalite dicampur, ada tambahan komponen harga yang harus diselesaikan,” kata Dadan.

Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan pilot distribusi bioetanol E5 akan dilakukan di SPBU khusus di Surabaya. Pemilihan Kota Pahlawan dilatarbelakangi oleh lokasinya yang dekat dengan produsen bahan baku bioetanol di Mojokerto dan Kabupaten Malang.

Erick menjelaskan, pendistribusian bioetanol membutuhkan proses logistik yang lebih kompleks dibandingkan bahan bakar minyak atau BBM. Sifat bioetanol yang mudah rusak karena terbuat dari bahan nabati mengharuskan distribusinya dekat dan terjangkau dari lokasi pabrik.

“BBM ini tidak boleh terlalu jauh dari SPBU atau tempat pengisian karena bisa membusuk,” kata Erick dalam Rapat Kerja Komisi VI DPR, Senin (13/2).

Ia mengatakan, pemerintah menargetkan untuk menguji kebijakan intervensi BBM ini pada semester pertama tahun ini. “Uji coba di Surabaya sekitar 3 atau 4 bulan lagi,” kata Erick.

Produksi bioetanol dalam negeri berasal dari tiga tanaman. Di antaranya dua pabrik di wilayah Jawa Timur, yakni PT Energi Agro Nusantara (Enero) di Kabupaten Mojokerto sebanyak 30.000 kiloliter (kl), PT Molindo Raya Industrial di Kabupaten Malang sebanyak 10.000kl, dan PT Madu Baru di Kabupaten Bantul sebanyak 3.600kl. . , Yogyakarta.

Pemerintah sebelumnya berencana mengajukan E5 ke BBM Pertalite, namun program tersebut tertunda menyusul perubahan status Pertalite menjadi BBM bersubsidi.