Pemerintah berencana segera melakukan uji coba distribusi bahan bakar nabati (BBN) bioetanol 5% atau E5 sebagai campuran bensin pada pertengahan tahun ini. Kementerian ESDM mengungkapkan akan dilakukan pengujian dengan Pertamax.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana menjelaskan, bioetanol dapat digunakan sebagai campuran semua jenis bahan bakar bensin seperti Pertalite, Pertamax hingga Pertamax Turbo.
Namun, pemerintah mempersempit target pengujian campuran bioetanol dan pertamax. Dadan mengatakan pencampuran dengan Pertamax lebih hemat dibandingkan dengan Pertalite. Pasalnya, harga Pertamax dan bioetanol relatif sama yakni di kisaran Rp 12.000-13.000 per liter.
Oleh karena itu, implementasinya dianggap mampu menciptakan stabilitas harga yang lebih ekonomis ketika kebijakan ini diterapkan secara luas. “Sekarang kita lihat Pertamax supaya lebih cepat pelaksanaannya,” kata Dadan saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Senin (20/2).
Sementara itu, lanjut Dadan, pencampuran E5 dengan Pertalite yang merupakan Bahan Bakar Tugasan Khas (JBKP) atau BBM bersubsidi berpotensi menimbulkan selisih harga yang harus dibayar pemerintah.
Selisih ini muncul dari harga jual Pertalite yang Rp 10.000 per liter. “Kalau Pertalite dicampur, ada tambahan komponen harga yang harus diselesaikan,” kata Dadan.
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan pilot distribusi bioetanol E5 akan dilakukan di SPBU khusus di Surabaya. Pemilihan Kota Pahlawan dilatarbelakangi oleh lokasinya yang dekat dengan produsen bahan baku bioetanol di Mojokerto dan Kabupaten Malang.
Erick menjelaskan, pendistribusian bioetanol membutuhkan proses logistik yang lebih kompleks dibandingkan bahan bakar minyak atau BBM. Sifat bioetanol yang mudah rusak karena terbuat dari bahan nabati mengharuskan distribusinya dekat dan terjangkau dari lokasi pabrik.
“BBM ini tidak boleh terlalu jauh dari SPBU atau tempat pengisian karena bisa membusuk,” kata Erick dalam Rapat Kerja Komisi VI DPR, Senin (13/2).
Ia mengatakan, pemerintah menargetkan untuk menguji kebijakan intervensi BBM ini pada semester pertama tahun ini. “Uji coba di Surabaya sekitar 3 atau 4 bulan lagi,” kata Erick.
Produksi bioetanol dalam negeri berasal dari tiga tanaman. Di antaranya dua pabrik di wilayah Jawa Timur, yakni PT Energi Agro Nusantara (Enero) di Kabupaten Mojokerto sebanyak 30.000 kiloliter (kl), PT Molindo Raya Industrial di Kabupaten Malang sebanyak 10.000kl, dan PT Madu Baru di Kabupaten Bantul sebanyak 3.600kl. . , Yogyakarta.
Pemerintah sebelumnya berencana mengajukan E5 ke BBM Pertalite, namun program tersebut tertunda menyusul perubahan status Pertalite menjadi BBM bersubsidi.