liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
bosswin168 login
bosswin168 login
bosswin168 rtp
bosswin168 login
bosswin168 link alternatif
boswin168
bocoran rtp bosswin168
bocoran rtp bosswin168
slot online bosswin168
slot bosswin168
bosswin168 slot online
bosswin168
bosswin168 slot viral online
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
lotus138
bosswin168
bosswin168
maxwin138
master38
master38
master38
mabar69
mabar69
mabar69
mabar69
master38
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
cocol77
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
ronin86
cocol77
cocol77
cocol77
maxwin138
MASTER38 MASTER38 MASTER38 MASTER38 BOSSWIN168 BOSSWIN168 BOSSWIN168 BOSSWIN168 BOSSWIN168 COCOL88 COCOL88 COCOL88 COCOL88 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MAHJONG69 MAHJONG69 MAHJONG69 MAHJONG69 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 ZONA69 ZONA69 ZONA69 NOBAR69 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38
SLOT GACOR HARI INI SLOT GACOR HARI INI
BOSSWIN168 BOSSWIN168
BARON69
COCOL88
MAX69 MAX69 MAX69
COCOL88 COCOL88 BARON69 RONIN86 DINASTI168
Logo

Perubahan iklim terjadi semakin cepat dan dunia akan melewati ambang batas pemanasan global 1,5 derajat Celcius pada dekade ini, demikian menurut sebuah penelitian yang diterbitkan pada Kamis (2/11). Para ilmuwan memperingatkan agar dunia meningkatkan kewaspadaan pada pembicaraan iklim COP28 tahun ini.

Berbagai negara berjanji dalam Perjanjian Paris 2015 untuk menjaga pemanasan global di kisaran 1,5 derajat Celsius di atas suhu pra-industri. Namun, penelitian terbaru yang dilakukan oleh sebuah tim ilmuwan, termasuk dari NASA dan Columbia University, menambah bukti yang menunjukkan bahwa target ini sudah berada di luar jangkauan.

Sebagian besar skenario emisi di bawah Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim PBB (IPCC) membayangkan dunia akan mencapai 1,5C pada tahun 2030-an. “Batas suhu 1,5 derajat Celcius sudah tidak berguna,” kata James Hansen dari Columbia University’s Earth Institute, salah satu penulis laporan tersebut sebagaimana dikutip Reuters. Ia merupakan salah satu ilmuwan pertama yang memperingatkan dunia pada tahun 1980-an tentang dampak pemanasan iklim akibat gas rumah kaca.

“Kelemahan komunitas ilmiah kita adalah tidak menjelaskan kepada para pemimpin politik tentang situasi yang ada,” kata Hansen.

Dunia telah menghangat hampir 1,2 derajat Celcius di atas suhu pra-industri. Penelitian ini mendapat tanggapan beragam dari para ilmuwan iklim lainnya. Beberapa ahli mempertanyakan temuan ini. Michael Mann dari University of Pennsylvania mengatakan dalam sebuah unggahan di blog bahwa temuan tersebut “sangat jauh dari arus utama”.

Riset baru ini muncul setelah guncangan cuaca ekstrem melanda seluruh dunia, mulai dari gelombang panas di Cina hingga banjir besar di Libya. Tahun 2023 ditetapkan sebagai tahun terpanas yang pernah tercatat dalam sejarah. Berbagai negara akan berkumpul akhir bulan ini di Dubai untuk menghadiri KTT Iklim tahunan PBB (COP28) guna membahas upaya-upaya kebijakan global untuk mengendalikan emisi gas rumah kaca.

Efek Buruk Penggandaan Kadar Karbondioksida di Atmosfer

Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Oxford Open Climate Change ini disebabkan oleh dua faktor. Para ilmuwan telah meremehkan betapa sensitifnya iklim bumi terhadap peningkatan kadar karbondioksida. IPCC memprediksi penggandaan kadar karbondioksida di atmosfer akan menghasilkan pemanasan global sekitar 3 derajat Celcius.

Riset itu menyebutkan pemahaman yang lebih baik tentang data iklim kuno, yang diperoleh dari sumber-sumber seperti inti es dan cincin pohon, telah menghasilkan perkiraan yang lebih tinggi, yaitu sekitar 4,8 derajat Celcius. Sejauh ini, konsentrasi karbondioksida di atmosfer telah meningkat dari sekitar 280 ppm di era pra-industri menjadi sekitar 417 ppm.

Faktor lain yang dikutip oleh laporan tersebut berkaitan dengan kemajuan Cina dalam membersihkan polusi udara, yang terutama disebabkan oleh sulfur dioksida yang dimuntahkan dari pembangkit listrik tenaga batu bara. Membersihkan langit, selain membawa manfaat kesehatan dan menyelamatkan nyawa, juga mempercepat perubahan iklim. Pasalnya, aerosol menyebarkan dan memantulkan radiasi matahari.

Mann mempermasalahkan anggapan bahwa model-model yang ada telah meremehkan sensitivitas iklim, dan dampak penurunan emisi sulfur dioksida dari pelayaran. Sementara itu, para ahli lainnya berpendapat penelitian ini sejalan dengan penelitian terbaru lainnya.

“Semuanya terjadi semakin cepat,” kata ilmuwan iklim Klaus Hubacek dari University of Gronigen.

Awal pekan ini, penelitian yang dipublikasikan di jurnal Nature Climate Change menunjukkan bahwa dunia harus mencapai emisi nol bersih pada tahun 2034 untuk mendapatkan 50% peluang menahan kenaikan suhu hingga 1,5 derajat Celcius. Target pencapaian emisi nol bersih ini jauh lebih cepat daripada target global pada 2050.