RSPO mendorong petani swadaya untuk mengajukan sertifikasi guna meningkatkan teknik budidaya dan akses ke insentif pasar.
Guntur RSPO Head of Smallholder Cahyo Prabowo mengatakan ada beberapa tahapan yang harus dilalui petani untuk mendapatkan sertifikasi. Pertama, petani harus dilembagakan secara kolektif. Kelembagaan ini biasanya berbentuk kelompok tani yang kemudian diwadahi dalam bentuk koperasi, asosiasi, atau gabungan kelompok tani.
“Gagasan sertifikasi memberikan kebebasan finansial dan kemitraan,” ujarnya.
Setelah lembaga terbentuk, petani perlu menerapkan teknik budidaya yang baik melalui peningkatan kapasitas dan pelatihan. Ini juga harus membangun kemitraan profesional dengan pabrik kelapa sawit.
Tantangan berikutnya, petani juga perlu memastikan bahwa lahan sawit yang dimilikinya sesuai dengan legalitas yang diatur dalam regulasi. “Hal ini sejalan dengan yang diamanatkan oleh negara importir seperti Eropa, bahwa petani harus memastikan koordinat dan poligon perkebunan sawit,” ujarnya.
Hamim, salah satu pekebun swadaya di Kabupaten Lubuk Batu, Riau mengatakan, mendorong kelembagaan petani memang menjadi tantangan besar. Sebelum mendirikan Koperasi Unit Desa (KUD) pada 2014, petani kesulitan menjual tandan buah segar ke pabrik kelapa sawit. Namun, sejak memiliki lembaga, petani bisa bekerja sama dengan Asian Agri.
KUD Anugrah yang berlokasi di Kampung Air Putih, Riau merupakan salah satu mitra dari program SMILE yang diinisiasi oleh Asian Agri, Apical dan KAO. Bremen Yong, Director of Apical Sustainability mengatakan, program SMILE telah dimulai pada 2020 dengan melibatkan 3.018 petani.
Dari jumlah tersebut, 390 petani akhirnya menerima sertifikasi RSPO. Tahun ini, SMILE akan memiliki tiga Koperasi Unit Desa (KUD) baru, dengan partisipasi sekitar 1.105 petani di Sumatera Utara dan Jambi.
Melalui program SMILE, petani kecil akan mendapat dukungan untuk memenuhi persyaratan sertifikasi RSPO. Ini melalui dukungan prosedural yang diperlukan untuk sertifikasi peningkatan kapasitas dan pelatihan kelompok tani.
Bremen mengatakan upaya sertifikasi akan meningkatkan produktivitas. Salah satu aspek penting adalah penerapan ketertelusuran dan pemantauan Tandan Buah Segar (TBS) dengan memetakan poligon kebun masyarakat. Pada gilirannya, hal ini akan menjamin penyerapan BTS petani dengan harga premium.