Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memiliki target ambisius untuk menurunkan emisi karbon atau gas rumah kaca (GRK) sebesar 30-50% pada tahun 2030. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mencapai target emisi nol bersih Jakarta pada tahun 2050.
Asisten Perekonomian dan Keuangan Pemprov DKI Jakarta, Sri Haryati, menyatakan upaya penurunan emisi GRK pada tahun 2030 mendatang merupakan hal yang mendesak untuk dibahas. Oleh karena itu, ia berkomitmen untuk menurunkan emisi GRK sebesar 30% pada tahun 2030.
“Bahkan kita berambisi untuk menurunkan emisi GRK sebesar 50% pada tahun 2030,” ujarnya pada peringatan Hari Energi Terbarukan Indonesia-Jerman 2021 (RE Day), Selasa (30/11).
Selama tiga tahun terakhir, di tengah situasi pandemi Covid-19, Jakarta berhasil menurunkan tingkat emisi GRK sebesar 1,9 hingga 3 juta ton CO2 pada 2019-2020. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah mengambil tindakan untuk mengatasi perubahan iklim sejak 2012.
Selain itu, Jakarta juga telah mengambil berbagai tindakan dan inisiatif dalam hal pengaturan pembangunan sistem dan membuka jalan menuju nol emisi karbon. Karena Jakarta adalah provinsi pertama yang menganggap krisis iklim sebagai bencana dan krisis yang nyata.
“Kami menyuarakan krisis iklim sebagai sinyal peringatan kepada semua pemangku kepentingan agar mereka memiliki rasa urgensi yang sama,” katanya.
Beberapa inisiatif Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam mewujudkan Masyarakat Rendah Karbon di tahun 2050, antara lain pemasangan panel surya di atap gedung milik pemerintah, sekolah, dinas kesehatan, rumah sakit, serta gedung olahraga dan swasta.
Selain itu, Pemprov DKI Jakarta berkomitmen mewujudkan 50% armada Bus Transjakarta bebas BBM pada 2025 dan beralih menggunakan bus listrik. “Saat ini ada 30 bus listrik yang beroperasi di Jakarta sebagai uji coba. Upaya pengurangan emisi karbon bisa dilakukan melalui kerja sama,” ujarnya.