PT Aneka Tambang (Antam) menyatakan membidik kesepakatan transaksi penjualan bijih nikel melalui anak usaha perseroan, PT Sumberdaya Arindo (SDA), untuk proyek joint venture baterai kendaraan listrik dengan perusahaan China, Ningbo Contemporary Brunp Lygend (CBL). . , akan direalisasikan paling lambat Oktober 2019. Ini.
Direktur Utama Antam Nico Kanter mengatakan, nikel tersebut akan ditambang dari sebagian wilayah izin usaha Antam di Halmahera Timur, Maluku Utara. Nikel tersebut akan diolah menjadi mixed hydroxide precipitate (MHP) atau mixed sulfide precipitate (MSP) sebagai bahan baku baterai prekursor dan katoda kendaraan listrik Dragon Project.
Nico menambahkan, sejauh ini CBL masih menunggu lampu hijau dari Pemerintah China untuk menyetujui investasi di luar negeri. Dalam regulasi ekonomi China, semua keputusan bisnis perusahaan ditentukan oleh negara.
Sambil menunggu persetujuan, CBL juga meminta kepastian dan kepastian dari Antam terkait pasokan bijih nikel dari izin usaha pertambangan (IUP) PT SDA selama lebih dari 20 tahun.
“Oktober target kesepakatan transaksi baru. Di sana, Antam hanya akan menerima uang,” kata Nico saat ditemui di Patio Venue & Dining Jakarta, Rabu (5/4).
Nico belum bisa merinci proyeksi nilai transaksi penjualan bijih nikel dan nilai investasi di sektor hulu pertambangan pada Oktober. Kendati demikian, total investasi yang dikeluarkan CBL mencapai lebih dari US$ 6,7 miliar untuk pengembangan ekosistem baterai listrik dari hulu ke hilir.
IBC dan CBL akan mengembangkan industri baterai kendaraan listrik hingga tahap daur ulang baterai yang diambil dari baterai kendaraan listrik bekas dan sistem penyimpanan energi bekas atau sistem penyimpanan energi untuk energi baru dan terbarukan.
Dalam proyek Dragon, CBL akan membangun seluruh fasilitas hingga tahap pertama produksi sel baterai di Halmahera Timur. Kemudian pada tahap kedua CBL akan membangun proyek pengolahan nikel sulfat, prekursor, katoda dan sel baterai di Kawasan Industri Kalimantan Utara, serta membangun pabrik daur ulang baterai.
“Untuk valuasi Oktober belum bisa kami ungkapkan, tapi secara keseluruhan dari hulu ke hilir, CBL di atas US$ 6,7 miliar,” kata Nico.
Lebih lanjut, kata Nico, Antam melalui PT SDA terus melakukan kegiatan eksplorasi tambang untuk menambah jumlah sumber daya dan cadangan bijih nikel.
“Transaksi untuk PT SDA, kita menambang sumber daya kita harus cadangan. Makanya kita harus melakukan kegiatan eksplorasi agar ada nilai tambah untuk penjajakan itu,” ujar Nico.